Apa itu Smart Contract?

Smart Contract tidak dipungkiri telah menjadi salah satu faktor penting dalam transaksi kripto. Sebagai investor, Anda mungkin sudah tidak asing dengan istilah satu ini. Mengingat program otomatis ini kerap ditemukan pada setiap proses transaksi di platform blockchain seluruh dunia.

Pada dasarnya, smart contract merupakan perjanjian antara pembuat kontrak dan penerimanya yang seluruhnya dilakukan secara otomatis. Penggunaannya kerap dilakukan dalam platform yang menerima pembayaran dalam cryptocurrency. Berbagai industri seperti real estate, keuangan, retail, dan telekomunikasi kini sudah banyak menerapkan teknologi ini dalam proses transaksinya.

Apakah Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang smart contract? Kalau begitu, mari simak pembahasan lengkapnya melalui artikel ini.

Siapa yang menciptakan smart contract?

Percaya atau tidak, smart contract sebenarnya sudah lama ada bahkan sebelum teknologi blockchain tercipta. Namanya memang mulai ramai dikenal sejak digunakan oleh Ethereum, salah satu platform blockchain populer di dunia. Kebanyakan orang tidak sadar kalau smart contract juga dapat dijumpai pada jaringan Bitcoin. Namun dikarenakan bahasa pemrograman Bitcoin Turing-incomplete, fungsi dari smart contract Bitcoin pada layer 1 atau on chain lebih terbatas. Contoh fitur smart contract yang telah tersedia di layer 1 bitcoin yaitu: 

  • Multi signature script 
  • Pay to public key hash 
  • Time locked transaction
  • Pay-to-Script-Hash (P2SH) 

Dengan adanya upgrade taproot pada tahun 2021 yang sudah di-implement di bitcoin core, fungsi smart contract yang bisa dikembangkan di layer 1 / on chain bitcoin menjadi semakin banyak. Untuk fungsi smart contract yang tidak bisa dikembangkan di layer 1, dapat dikembangkan di layer 2 Bitcoin. Yang mana sekarang ada berbagai macam layer 2 Bitcoin, yaitu

  • Lightning network
  • Liquid network
  • Rootstock
  • Drivechain
  • Stacks 

Ide awalnya berasal dari ilmuwan komputer dan ahli kriptografi, Nicholas Szabo atau Nick Szabo pada tahun 1990-an. Nama Nick Szabo tentunya sudah tidak asing lagi di dunia cryptocurrency. Ia sering dianggap sebagai sosok asli dibalik pencipta Bitcoin, Satoshi Nakamoto, yang identitasnya masih misterius. Salah satunya karena penelitiannya terkait dengan kontrak digital yang sekarang dikenal sebagai smart contract.

Istilah smart contract pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1994. Berawal dari ide Szabo untuk menyimpan kontrak dalam bentuk kode komputer. Lulusan University of Washington Computer Science & Engineering itu mengombinasikan protokol antarmuka yang formal dan aman menggunakan jaringan komputer pada para penggunanya.

Apa tujuan smart contract dalam blockchain?

Setiap jenis transaksi apapun tentunya selalu didukung oleh kontrak tertulis. Sayangnya itu mulai terasa kurang praktis. Bahkan seringkali menjadi sumber konflik bisnis dan hukum. Solusinya, Anda perlu mengganti kontrak tradisional tersebut dengan yang lebih “cerdas” atau smart contract.

Dalam dunia blockchain, smart contract dibuat untuk menyederhanakan tiap proses transaksi bisnis serta perdagangan antara pihak anonim dan teridentifikasi. Terkadang langkah ini juga tidak memerlukan perantara seperti pengacara sehingga membuatnya terasa makin mudah.

Penggunaannya juga dapat mengurangi formalitas dan biaya, tanpa perlu mengorbankan keaslian dan kredibilitasnya. Karena seluruh prosesnya dilakukan secara otomatis melalui jaringan komputer terpercaya. Tiap informasi yang terdapat dalam kontrak pun dapat dilihat oleh semua peserta dalam jaringan blockchain tersebut.

Anda mungkin akan merasa sedikit ragu untuk memasukkan informasi terkait kontrak yang telah dibuat. Apalagi kalau itu menyangkut strategi persaingan di blockchain. Walau begitu, tak perlu khawatir.

Hampir semua platform blockchain telah didorong oleh perizinan sehingga informasi yang dibuat hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang terlibat dalam kontrak tersebut. Sebagai investor, Anda hanya perlu memilih platform blockchain yang menerapkan opsi tertentu sesuai kebutuhan.

Bagaimana cara kerja smart contract?

Nick Szabo mengibaratkan cara kerjanya selayaknya menggunakan vending machine. Mesin penjual otomatis telah diprogram khusus sehingga hanya akan mengeluarkan produk yang diinginkan setelah pembeli memasukkan uang dalam jumlah yang cukup. Apabila uangnya tidak cukup, maka vending machine tidak akan memberikan produk tersebut.

Contoh ilustrasi lain, katakanlah suatu pasar meminta 100 bulir jagung kepada petani. Langkah pertama, mereka akan mengunci segala bentuk perjanjian, termasuk dana, yang telah disepakati dalam smart contract. Ketika petani sudah menyerahkan kewajibannya pada pasar, maka dana itu akan segera dicairkan. Namun kalau petani melewati tenggat waktu yang dijanjikan, kontrak tersebut otomatis dibatalkan dan uangnya akan dikembalikan ke klien.

Kedua contoh di atas merupakan kasus penggunaan kecil dari smart contract. Di mana uang dapat diprogram untuk mengikuti peraturan yang tertulis dalam kode di blockchain. Artinya, jaringan komputer akan mengambil tindakan dalam berbagai kondisi sesuai dengan kode yang tertulis. Misalnya kondisi mendaftarkan kontrak, pencairan dana, pembatalan kontrak, mengeluarkan tiket, mengirim notifikasi, dan lain sebagainya.

Karakteristik smart contract

Pada dasarnya, kontrak digital seperti smart contract punya banyak kesamaan dengan kontrak konvensional biasa. Keduanya mencantumkan perjanjian yang telah disepakati antara dua pihak atau lebih. Bagian yang membuatnya berbeda adalah kemampuan kontrak digital dalam menerjemahkan perjanjian ke dalam kode komputer dan berjalan di blockchain.

Sederhananya, smart contract merupakan beberapa kode yang ditulis di dalam blockchain untuk melacak perjanjian dan memfasilitasi transfer aset. Sistem ini juga dapat membantu para pihak terlibat yang ingin menukar uang, properti, saham, atau hal berharga lainnya.

Itulah mengapa sebagian besar karakteristiknya berasal dari teknologi blockchain yang mendasarinya, yaitu:

  • Aman: Penggunaan kriptografi dapat membantu mengamankan kontrak dan mencegah pihak tertentu yang ingin mengubah kesepakatan awal.
  • Transparan: Ketika sudah berjalan di jaringan publik, siapapun dapat melihat riwayat transaksinya dan untuk apa teknologi ini digunakan.
  • Bebas dari pihak ketiga: Penerapannya tidak perlu melibatkan bantuan perantara dalam proses verifikasinya.
  • Eksekusi hampir real-time: Biasanya smart contract akan berlangsung secara hampir bersamaan untuk semua pihak. Walau di beberapa kasus hal itu tergantung pada koneksi dan jaringan yang mendasarinya.
  • Terdesentralisasi: Teknologi ini bekerja secara terdesentralisasi. Setelah digunakan pun, kontrak yang dibuat tidak dapat diubah atau dikontrol oleh pihak terpusat mana pun.
  • Akurat: Ditulis dalam bentuk kode sehingga tidak menggunakan bahasa ambigu yang kerap menimbulkan miskomunikasi.

Penerapan smart contract

Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, penggunaannya jadi semakin populer di segala sektor, khususnya di dunia bisnis. Berikut adalah beberapa penerapan yang paling menonjol.

Real estate

Dalam dunia real estate, smart contract dapat digunakan untuk menggantikan broker. Mengingat broker kerap mengambil bayaran signifikan dari harga jual bangunan. Cara ini akan membantu pemilik bangunan dalam menghemat biaya karena tidak perlu membayar perantara. Pembeli juga akan memperoleh bangunan lebih cepat dari seharusnya.

Industri kesehatan

Umumnya penerapan smart contract dalam industri kesehatan dilakukan untuk merekam dan mentransfer data pasien dengan aman. Ini memungkinkan pasien untuk mengendalikan data milik mereka sendiri. Termasuk dalam menentukan apa mereka ingin menjual data medis pada peneliti untuk kepentingan penelitian.

Asuransi

Polis asuransi menjadi salah satu industri yang paling sering menggunakan manfaat dari teknologi ini. Penyedia asuransi biasanya memiliki kebijakan untuk memasukkan pengguna ke dalam smart contract. Semua persyaratan akan ditulis dalam smart contract, yang nantinya harus dibaca dan ditandatangani peserta ketika mereka menyetujuinya. Ketika ada klaim yang valid masuk, dana akan cair secara otomatis dan tidak ada pihak yang dapat menahannya demi kepentingan sepihak. 

Supply chain

Bisa dibilang, salah satu implementasi teknologi smart contract yang paling populer adalah terkait dengan supply chain. Kompleksnya jaringan tersebut kerap membuat perusahaan sulit melacak ‘hak asuh’ produk dan mengikuti skema pembayarannya. Di sinilah peran smart contract dalam mengotomatiskan, serta menyebarkan dana insentif pada semua bagian supply chain untuk meningkatkan akuntabilitasnya.

Penerapannya juga membantu dalam menentukan pihak mana yang memilih untuk melakukan kerja sama atau tidak. Langkah ini dapat menghemat waktu dan uang semua pihak dalam jangka panjang.

Pro dan kontra dari smart contract

Kehadiran teknologi ini diyakini mampu mengubah sistem kerja di berbagai industri. Hal ini tidak lepas dari banyaknya manfaat yang bisa diperoleh, antara lain:

  • Otonomi: Pengguna tidak memerlukan bantuan pihak ketiga karena memiliki kendali penuh atas kesepakatan yang dibuat.
  • Hemat: Dengan menggunakan teknologi ini, Anda tidak perlu lagi mengeluarkan biaya lebih untuk membayar jasa pihak perantara, seperti agen properti, pengacara, dan sebagainya.
  • Efisiensi: Penerapannya dapat menghemat waktu karena tidak perlu mengurus banyak dokumen fisik dan tidak memerlukan proses birokrasi yang berbelit-belit.
  • Kepercayaan: Dokumen yang telah dibuat akan tersimpan dengan aman di buku besar (ledger) bersama.
  • Keamanan: Teknologi ini terbilang sangat sulit untuk diretas. Apalagi kalau didukung oleh lingkungan sempurna dan kriptografi yang kompleks.

Di sisi lain, penggunaan teknologi ini masih memiliki sejumlah tantangan tersendiri dalam penerapannya, khususnya di Indonesia. Dampak merugikan dari penggunaannya, yaitu:

  • Apabila ada pengalihan kontrak atau eksekusi sepihak, ini dapat menimbulkan masalah bagi pihak lainnya. Bahkan bisa memengaruhi keabsahan dari kontrak tersebut
  • Pada sektor kesehatan, pemberian resep obat secara otomatis dapat menggeser peran pelaku usaha farmasi atau dokter. Ditambah orang lain selain dokter bisa leluasa memberi diagnosis dan preskripsi obat hanya berdasarkan data yang masuk ke blockchain.
  • Masih belum adanya aturan khusus terkait penggunaan blockchain di Indonesia.
  • Kurangnya audit keamanan yang dijalankan pada platform.
  • Tidak adanya pihak ketiga, seperti perantara dan pengacara, kerap membuat terjadinya masalah kepercayaan.
  • Jumlah transaksi yang dapat diproses jaringan dalam setiap detik sangat terbatas. Ditambah lagi jika lalu lintas jaringan sedang penuh, maka proses transaksi dapat memakan waktu lebih lama dan biaya yang lebih mahal.

Masa depan dari smart contract

Sejak awal, Nick Szabo telah meramalkan penggunaan kontrak digital yang akan menggantikan kontrak fisik. Menurutnya, kontrak fisik cenderung boros sumber daya dan memakan banyak waktu. Kini, smart contract yang diinisiasi oleh Szabo diprediksi bakal menjadi kunci revolusi dari berbagai sektor industri di kemudian hari.

Tidak diragukan bila banyak perusahaan yang akhirnya akan mengadopsinya dalam setiap transaksinya. Apalagi smart contract dilengkapi beberapa inovasi teknologi menjanjikan di ruang blockchain publik.

Kehadiran teknologi ini menjadi solusi dalam merevolusi sistem kompleks yang membutuhkan partisipasi banyak pihak. Ini akan menghasilkan efisiensi di seluruh sistem perusahaan. Tidak heran kalau teknologi ini digadang-gadang sebagai masa depan blockchain.

 

Anda mungkin juga menyukai

%d blogger menyukai ini: